Jumat, 09 Januari 2015

Seputar Pembahasan Essay Tentang Pendidikan


Pentingnya Memberikan Pendidikan Awal Kepada Anak

Perkembangan Pendidikan Awal Kanak-Kanak
            Pendidikan awal kanak-kanak memeiliki sejarah yang panjang. Pengetahuan berkenaan pendidikan awal kanak-kanak penting karena ia dapat membantu pendidik supaya dapat mengaplikasikan amalan yang baik dari pada sejarah lampau dan menggunakan falsafah pemikir-pemikir terkenal sebagai asas membina kerjanya pengajaran yang bermakna. Idea-idea yang dilahirkan oleh pendidik terdahulu membantu dalam pemahaman dalam melaksanakan strategi pengajaran pada masa kini.
Melalui sejarah, pendidik dapat mempelajari teori-teori berkenaan tumbuhan dan perkembangan kanak-kanak yang membentuk amalan pendidikan. Menerka, menganalisis dan menemui sumber pendidikan awal kanak-kanak dapat memberi ilham padaa profesional sekarang.
            Selain itu, mengkaji idea pemikir-pemikir terkenal membantu pendidik meneliti amalan model kini. Oleh karena itu, dalam sejarah dan perkembangan pendidikan kanak-kanak pengaruh pada tokoh-tokoh awal, pada masa dahulu dan masa kini mempunyai implikasi pada ketutusan pendidik dalam memilih kurikulum dan strategi pengajaran. (Brewer, 1992) Pengaruh Islam dalam pendidikan awal kanak-kanak juga perlu diberi penekan dan keutamaan dalam kurikulum dan strategi pengajaran.(Islamic Foundation for Edication and Welfare, 1997; dan Ibn Khaldun Center For Development Studies).
Teori-Teori Perkembangan dan Pembelajaran
            Teori ialah pandangan atau pendapat yang dikemukakan untuk menerangkan sesuatu perkara. Terdapat berbagai teori atau pendapat yang dikemukakan berkaitan dengan perkembangan dan pembelajaran kanak-kanak. Menurut Seefeldt dan Barbour, (1998:30) terdapat dua pendapat yang bertentangan berkenaan perkembangan manusia yaitu nature versus nurture. Dua pendapat ini adalah Teori Maturationis (semula jadi) dan Teori Behavioris (tingkah laku). Dua pendapat lain adalah Interaksionis (konstruktivis) dan Teori Konteks Budaya.
1.      Teori Maturationis
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) melihat kanak-kanak seperti bunga yang berkembang ataupun tumbuhan-tumbuhan mata secara semula jadi mengikuti baka. Pembesarannya mengikuti peringkat yang dapat dijangkakan, yaitu dari pada biji benih yang kemudian membesar mengikuti ketinggian, berat dan bentuk tertentu.
            Walaupun pembesarannya dipengaruhi oleh kadar cahaya dan air yang diterima dengan cukupperingkat pembesarannya masing mengikuti urutan. Mengikut pada ahli maturationis, kanak-kanak seperti tumbuhan-tumbuhan yang berkembang mengikuti jadwal semula jadi yang telah ditentukan, berubah mengikuti jenis dan kuantiti khasiat yang diterima dari pada persekitaran. Teori ini berasaskan pada pemahaman berkaitan dengan kesediaan dan kematangan kanak-kanak.
2.      Teori Behavioris
Menurut pendapat ahli falsafah John Locke (1632-1704), manusia adalah pasif dan mudah menerima. Pembelajaran adalah akibat mudah menerima rangsangan dari pada orang lain dan persekitaran. Kanak-kanak diibaratkan kain putih. Kain putih perlu ditulis oleh orang yang mendidik kanak-kanak melalui siri ganjaran dan hukuman.
Pemebelajaran berlaku apabila seseorang menerima ganjaran ataupun pengukuhan akibat tingkah laku ataupun tindak balas yang betul dari pada sesuatu rangsangan. Pembelajaran kanak-kanak berlaku akibat syarat-syarat yang ditentukan oleh orang dewasa da persekitaran.
3.      Teori Interaktionis
Pendapat ketiga yang berkaitan dengan perkembangan manusia adalah ahli-ahli interaktionis. Teori ini menegaskan kedua faktor persekitaran dan semula jadi saling bantu membantu dalam mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu gabungan faktor yang ditekankan dalam teori behavioris dan teori maturationis. Pembelajaran berlaku akibat interaksi antara faktor semula jadi dalam diri kanak-kanak. Dengan rangsangan maupun pengaruh persekitaran. Dalam proses perkembangan dan kematangan, kanak-kanak membina pengetahuan dari diri sendiri dengan bertindak melalui rangsangan dari pada persekitaran.
            Jean Peaget (1896-1980) melihat kanak-kanak sebagai individu yang aktif. Beliau menegaskan pengetahuan dapat dicipta apabila kanak-kanak berinteraksi dengan persekitarasn fisikal dan sosial. Interaksi ini desebut dengan penyerapan, penyesuaian dan keseimbangan.
4.      Teori Konteks Budaya
Pendapat keempat pula berkenaan dengan perkembangan manusia yang menumpukan pada konteks dan budaya. Ahli psikologi berpendapat pembelajaran tidak terpisah dari pada konteks budaya. Pembelajaran dipengaruhi dari pada proses budaya dan keadaan masyarakat dimana anak-anak dilahirkan dan dibesarkan. Ahli falsafah Vygotsky (1896-1934) mengatakan perkembangan kanak-kanak tidak berlaku karena satu faktor sahaj seperti faktor semula jadi ataupun pengaruh persekitaran. Tetapi perkembangan kanak-kanak bergantung pada inteaksi faktor-faktor tersebut. Beliau menegaskan kesan proses budaya sosialmerangsang perkembangan individu. Kanak-kanak berkembang berdasarkan dua tahap yaitu tahap semula jadi dan budaya. Kesimpulannya ahli psikologi berpendapat perkembangan adalah kesan dari gabungan pengaruh baka, persekitaran dan budaya.
Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Pra Sekolah
Mengasuh anak usia prasekolah benar-benar tangguang jawab yang berat. Usia tersebut merupakan masa kritis perkembangan kemampuan kognitif, kemandirian, koordinasi motorik dan barangkali yang terpenting adalah sikap positif terhadap hidup. Orangtua harus menjadi pembimbing dan guru yang penuh kasih bagi anak-anak mereka. Menciptakan suasana masa prasekolah yang menyenangkan bagi anak tampaknya dapat mendorong menjadi orang yang suka belajar sepanjang hidupnya.
            Didalam buku ini dijelaskan bahwasannya buku ini ditulis untuk para orangtua, pengasuh anak, guru praseolah serta kakek dan nenek. Di dalamnya Dr. Sylva Rimm seorang ahli di bidang psikologi pendidikan dan pengasuhan anak, mencoba menjelaskan teknik-teknik pola pengasuhan anak prasekolah, diantaranya:
1.      Memperkaya lingkungan sekitar anak (dari mulai membaca, bermain dengan yang mendidik, sampai menggunakan komputer).
2.      Meningkatkan kemampuan sosial dan kecerdasan anak.
3.      Memilih penitiapan anak yang baikdan berkomunikasi dengan pengasuh dan pembimbing anak.
4.      Menyikapi pertengkaran antarsaudara, mengatasi rasa marah, rasa takut, dan masalah menjelang tidur serta menghadapi sikap agresif anak.
5.      Menyiapkan anak masuk taman kanak-kanak.
Berikut ini  yang merupakan beberapa tips untuk orangtua dalam mempersiapkan anak masuk taman kanak-kanak:
1.      Berpartisipasilah dalam aktivitas orientasi yang diadakan sekolah untuk anak-anak.
2.      Kunjungi sekolah; temui murid-murid dan orangtua mereka.
3.      Anak lebih mudah menyesuaikan diri jika setidaknya ia mengenal satu anak di dalam kelas. Tanyakanlah kepada guru siapa saja yang akan berada dalam kelas yang sama. Usahakan agar anak bermain dengan salah satu anak yang akan sekelas dengannya.
4.      Jika anak mengikuti prasekolah sebelumnya, mintalah agar guru prasekolahnya bebicara kepada guru TK sebelum sekolah dimulai.
5.      Ceritakanlah kepada anak anda mengenai apa yang mesti dilakukan disekolah. Beritahukan bahwa ia mesti duduka dengan manis, mendengarkan guru, mengangkat tangan jika ia bertanya dan guru akan memberikan perhatian kepada anak secara secara bergiliran.
6.      Ajarkan keterampilan sosial kepada anak mengenai bagaimana cara memperkenalkan diri; misalnya, “Hai, namaku Emily. Siapa namamu?” dan doronglah agarmereka berpartisipasi di dalam kelas.
7.      Kelas di sekolah taman kanak-kanak di desain agar orangtua dapat berpartisipasi. Tanyakanlah pada guru apakah diperbolehkan menjadi sukarelawan di dalam kelas.
8.      Jaringlah hubungan dekat melalui telpon atau catatan.
Persiapan yang paling penting adalah sikap anak. Jika anda mengkomunikasikan kepada anak bahwa ia akan menyukai sekolahnya dan bahwa mereka juga akan senang belajar, maka mereka akan memulai kegiatan belajar dan emosional dengan baik.
Pentingnya Kreativitas bagi Perkembangan Anak
Para psikologi dan pakar lainnya telah menyadari betapa penting kreativitas bagi individu maupun masyarakat. Namun, haruslah diakui, biar bagaimanapun kreativitasmasih merupakan satu bidang yang masih kurang di perhatikan dalam penelitian ilmiah. Penyebabnya antara lain:
1.      Adanya pandangan tradisional bahwa kreativitas yang secara umum disebut “genius” merupakan hal yang hereditair.
2.      Hanya sedikit orang yang percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berkreasi. Hal ini terlihat dari sedikitnya jumlah produk kreatif dalam seni, buku, musik, ataupun ilmu pengetahuan.
3.      Adanya pertentangan pandangan antara orang dengan intelegensi tinggi dan dengen prestasi lebih akan berhasil dari pada orang yang kreatif. Orang-orang kreatif ini sering kali hidup dan mati di dalam kemiskinan. Akibatnya, tidak ada reward terhadap masalah kreativitas dan anak-anakpun sedikit yang di dorong untuk bersikap kreatif.
4.      Pandangan tradisional juga menilai bahwa orang-orang kreatif ini kebanyakan sex inapproriate, yaitu pada laki-laki yang kreatif sissies (keperempuanan) dan pada perempuan yang kreatif akan bersifat lebih maskulin daripada bersikap feminim. Akibatnya, orangtua enggan mendorong anaknya untuk bersikap kreatif. Contohnya kebanyakan ayah banyak menentang anak laki-lakinya berminat dalam musik, seni  ataupun penulisan, tetapi ia akan lebih memuji prestasi anak laki-laki dalam bidang olahraga.
5.      Kreativitas memang suatu hal yang sukar untuk diteliti bahkan untuk diukur sekalipun, sehingga jika pengukuran dalam bidang intelegensi, keperibadian dan kemampuan mekanik bisa berkembang dengan baik, tidak demikian halnya dengan kreativitas. Jangankaget jika para pakar menghindari riset dalam bidang ini.
Minat ilmuan dalam bidang kreativitas bisa ditelusuri mula-mula pada studi yang dilakukan oleh Galton (1950) terhadap para orang yang disebut genius. Selanjutnya minat ini berkembang pesat dengan timbulnya kebutuhan para ilmuwan dan teknolog untuk menyesuaikan dengan tuntunan zaman.
Demikianlah setelah riset ilmiah dalam kreativitas ini menunjukkan peningkatan, maka muncul kebutuhan penggunaan praktis kreativitas dalam kehidupan sehari-hari hal ini menyebabkan bahwa kepercayaan yang sudah ada tentang kreativitas, baik sebagian atau keseluruhan, menjadi buyar. Temuan yang penting adalah sama dengan bidang lain bahwa kreativitas dapat dipacu melalui lingkungan sejak muda (normative years). Utuntu itulah mengapa kreativitas itu amatlah penting untuk kehidupan kita di dalam menjalani kehidupan dan untuk menhidupkan suasane dengan berfikir kreatif dan memberikan faktual kreativitas itu sendiri yang bisa berguna bagi kehidupan di dalam lingkungan maupun di luar lingkungan.
Dengan tulisan ini harapan saya bahwa semoga orangtua, pendidik, ataupun pembimbing bisa mengerti pentingnya pendidikan anak dan kreatifitas anak agar anak tidak menjadi pasif dalam kelompok bermain dan bisa aktif berinteraksi dan mudah berhadaptasi terhadap teman yang baru dikenal. Pendidikan prasekolah atau bisa disebut juga pendidikan dalm masa kanak-kanak ini memang amat sangatlah penting di perhatikan karena dalam usia ini anak masih mudah untuk dibentuk sikap dan perilaku, sopan santun terhadap semua orang karena orangtua lah yang seharusnya memberikan perhatian yang lebih untuk menjadikan anak menuju perkembangan kepribadian anak yang tentunnya semua orangtua menginginkan anak yang baik, pitar, dan lain-lain yang didalamnya pasti suatu tindak kegiatan positif anak. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi pembaca semuanya, terimakasih telah membacanya dan teta ingatlah pentingnya pendidikan anak untuk anak dan pentingnya memberikan pendidikan anak bagi pendidik, orangtua ataupun pembimbing.

Referensi :
Akbar, Reni, & Hawadi. (2001). Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Hashim, Hashimah, Nor, & Lah, Che, Yahya. (2003). Kuala Lumpur: Penerbit PTS Profesional Publishing Sdn. Bhd.
Rimm, Sylvia. (2013). Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pusaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar