Selasa, 06 Januari 2015

Review Buku "SPIRITUAL PARENTING"

Review Buku
 1.  Identitas Buku
Judul                                        : Spiritual Parenting
Penulis                                     : Nazhif Masykur
Editor                                       : Evi Ni’matuzzakiyah
Pewajahan Muka dan Isi          : Ahmad Arby
Tebal Buku                              : 254 halaman
Penerbit                                   : Salsabila Media, Gatak Sumberagung Jetis, Bantul        D.I.Yogyakarta Telp. 0274 – 7851285

 2.  Ringkasan dan Isi Buku
Buku ini merupakan sebuah rancangan pikiran ataupun suatu cara pandang tentang bagaimana mengontrol emosi, beradaptasi pada  setiap lingkungan yang baru dan bisa dikatakan sebuah buku yang bisa di pegang sebagai pedoman sebagai cara mendidik anak. Menurut saya buku ini baik dari sudut pandang penulis yang bisa dikatakan didalam buku ini penulis mengajak dan menuntun kepada pembaca bagaimana cara mendidik anak. Dan pada akhirnya buku ini sangatlah penting dibaca oleh orang tua ataupun guru sebagai pendidik anak yang bisa digunakan sebagai acuan tindakan kepada anak.
Di dalam buku ini juga menjelaskan teori lalu menyebutkan contoh sehingga membantu pembaca buku untuk memahami buku. Buku “Spiritual Perenting” ini juga baik dalam sudut pandang psikologi yang bisa menuntun anak ke berbagai perihal yang “positif” yang bisa di pahami dari setiap bab pembahasan yang terdapat di dalam buku. Didalam buku menjelaskan bagaimana cerita atau kisah peneguh jiwa yang di dalam kisah-kisah yang terdapat di dalam buku tersebut mengkisahkan sosok suri tauladan yang baik seperti kisah ibu dan kisah bapak sebagai orang tua yang tentunya sebagai tempat pertama untuk bersosialisasi. Dan keutamaan seorang anak kepada orang tua dikisahkan dengan kisah yang menarik. Terlebih lagi didalam buku ini juga terdapat penggalan ayat al-quran dan hadis yang digunakan sebagai penguat pendapat penulis tentang ulasan pendapat yang dikemukakan didalam buku.
Dari sampul buku ini yang tertulis judul buku “Spiritual Parenting Melahirkan Anak Cerdas Tanpa Batas”. Dari judul buku itulah yang telah mengajak saya untuk membaca dan memahami isi buku sebagai salah satu cara untuk menghapus rasa penasaran terhadap isi buku. Dan untuk mengetahui bagaimana cara yang baik untuk mendidik anak, menilai perilaku anak, memahami kemauan anak, dan mengarahkan anak kepada perilaku yang baik bukan dengan cara memaksa anak atau malah menggunakan kekerasan yang bisa menyebabkan  kejiwaan anak yang terganggu.
Di dalam buku ini juga di jelaskan seperti apa itu spiritual parenting yang diulas dengan jelas di dalam buku, dan menjelaskan juga bagaimana mendidik anak dengan seni mendidik anak untuk mengetahui tipe anak, menumbuhkan keyakinan pada anak, menghargai potensinya, bagaimana kita sebagai orangtua harus mencintainya begitupula anak kepada orangtua, menghadirkan bahasa cinta didalam keluarga, membangun cinta didalam keluarga,  mengarahkan anak untuk mengejar mimpi, mengerti bagaimana perkembangan anak dan menjelaskan kepada anak bagaimana kita harus belajar dari kehidupan.
Bagaimanapun juga buku ini menurut saya dapat menimbulkan pemikiran kritis orang tua, guru, ataupun pembaca yang membacanya tapi semua tergantung kepada pembaca menanggapi buku ini karena pastinya setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Tentunya dalam menilai suatu perihal karena untuk membuat orang satu pendapat ketika pedoman yang dimiliki setiap orang berbeda sumber akan lama prosesnya. Sekarang meemahami buku ini dalam setiap pembahasan atau setiap bab yang di dalam buku.
“Diawali pikiran. Melahirkan potensi” kata-kata ini merupakan bab judul yang terdapat di dalam buku yang menurut saya didalam buku dijelaskan bahwa setiap orang harus berfikir positif karena dapat terciptanya program yang nantinya stimulus otak menerimanya. Sejauh apakah pengaruh program pikiran bawah sadar kita? Program pikiran bawah sadar kita akan memberikan andil atau bahkan menentukan sukses tidaknya kehidupan kita. Dan di mana kita harus selalu berfikir positif tentang apa yang kita jumpai didalam kehidupan sehari-hari.
Pastikan bahwa tindakan, perlakuan, ucapan, perkataan kita kepada anak-anak mempunyai pengaruh yang “positif” bagi perkembangan diri mereka. Karena itulah yang akan membentuk diri mereka kelak menjadi apa dan seperti apa. Nasranikah, Majusikah, ataupun Yahudi, semuanya tergantung kita sebagai orangtuanya. Oleh karena itu Rasulullah Muhammad junjungan kita bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R Baihaqi) seperti itulah penggalan tulisan yang dijelaskan di dalam buku.
Perlu kita ketahui bahwasannya setiap keinginan itu pasti akan muncul. Dan tidak jarang niat untuk melakukan sesuatu secara otomatis itu muncul dari pikiran bawah sadar. Karena dilakukan secara berulang-ulang dan rutin, keinginan-keinginan besar biasanya akan ada heartknock  Dan energi itu dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan impian hidup kita.
Penggambaran keingian di dalam buku ini di contohkan  sebagaimana Marcus Aurelius Antonius, seorang kaisar Romawi zaman dahulu mengatakan, “a man’s life is what his thought make of it - kehidupan manusia ialah bagaiman mereka memikirkannya.” Bisa diartikan bahwasanya ini menjelaskan tentang sesuatu yang selalu digambarkan, akan mudah terekam dalam pikiran bawah sadar, dan secara otomatis, maka muncullah pikiran tersebut, yang mana ia berperan sebagai penghubung antara jiwa dengan tubuh. Sehingga tubuhpun bereaksi dengan mengerahkan seluruh potensi yang sebelumya tidak pernah digunakan baik dalam bentuk kreatifitas maupun tindakan. Dengan menggambarkan impian akan oleh pikiran bawah sadar kita.
Maha besar Allah yang telah menganugerahkan potensi yang sama besarnya kepada setiap manusia. Tidak ada ruginya bagi kita untuk membayangkan betapa berpotensinya diri kita untuk mencapai impian-impian, walaupun tidak dipungkiri terkadang serasa sulit kalau memang belum kita biasakan. Tetapi, tidak ada salahnya kita memulai untuk membiasakan anak-anak untuk menggambarkan impian-impian mereka yang hendak mereka capai. Mereka bisa dilatih dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan membiarkan dan membebaskan diri anak-anak kita untuk bercita-cita. Karena dengan memberikan kebebasan bercita-cita kepada anak, maka akan sama halnya memberi dorongan yang kuat terhadap mereka untuk dapat meraih apa yang dapat mereka cita-citakan. Dan tentunya dengan tetap memberikan support kepada anak untuk berusaha semaksimal mungkin walaupun harus jatuh bangun, dan membayarnya dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Lalu kita tanamkan kuat dalam hati mereka, Allah Maha Adil, Maha Penyayang terhadap hambanya, biarlah Allah yang akan menentukan hasil yang terbaik. Karena sangat disayangkan jikalau potensi dasat yang ada pada anak-anak kita tidak dioptimalkan sebaik mungkin.
Didalam bab pertama, yang menjelaskan tentang kisah peneguh jiwa yang menjelaskan bahwasannya kita di ingatkan dengan firman Allah pada QS. An-Nahl: 125). Allah berfirman: “Serulah (manusia) kepada jan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Dialah Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125).
Bukankah untuk memberikan pelajaran kepada umat Islam (sehingga mereka bisa mendapatkan hikmah, mendapatkan kesejukan jiwa) Allah menggunakan cerita-cerita?, hampir seperempat isi Alquran adalah cerita, hanya Allah sajalah yang Maha Mengetahui mengapa demikian. Maka dari itu, pada setiap bagian pembahasan dalam buku ini selalu ada cerita. Karena di dalam buku ini mengisahkan tentang beberapa kisah,yaitu dengan judul: (1)  Selagi Ayah Masih Ada,(2)  Selagi Ibu Masih Ada, (3)   Sebelum Menyesal Kemudian, (4)     Kisah Cinta Seorang Anak dan (5)  Aku Ingin Mama Kembali.
Perlu kita ketahui bahwasannya didalam kisah-kisah ini didalam buku ini merupakan suatu kisah yang sungguh mengetuk hati pembaca, bermanfaat dan kita juga dapat mengambil hikmahnya pada setiap kisah tersebut. Dan pada kisah seorang ayah intinya kita juga bisa melihat atau membuka Alquran pada QS. Luqman: 13-14). Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hei anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Lukman: 13-14).
Didalam kisah seorang ibu yang di ceritakan di dalam buku ini yaitu menceritakan bahwa spesialnya seorang ibu, Allah menciptakan seorang wanita sebagai yang utama, Allah ciptakan bahunya, agara mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya,walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur. Karena terkadang seorang ibu bisa menangis tanpa sebab karena didalam kisah ini  juga terdapat perintah untuk menyayangi ibu dan dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga. Didalam kisah seorang ibu yang di ceritakan di dalam buku ini yaitu menceritakan bahwa spesialnya seorang ibu, Allah menciptakan seorang wanita sebagai yang utama, Allah ciptakan bahunya, agara mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya,walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tidur. Karena terkadang seorang ibu bisa menangis tanpa sebab karena didalam kisah ini  juga terdapat perintah untuk menyayangi ibu dan dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga.
Dijelaskan dalam QS. Al-An’am: 151 bahawasannya katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak” (QS. Al-An’am: 151). Didalam kisah tersebut juga menceritakan bahwa terkadang kita sebagai orang tua dan guru lupa kalau anak-anak pun seharusnya di beri rasa cinta yang tulus oleh  Allah. Tidak semua orang bisa sabar, kuat, dan hebat dalam mensiasati kesuliatan hidup ini. Tapi kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekusatan yang istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yang dihadapi pasti ada jalan keluarnya dan di tiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Tuhan tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan untuk-Nya. Jadi jangan menyerah dengan keadaan, jika ada anak yang sedang kurang beruntung sedang mengalami “kekalahan” maka bangkitlah. Karena sesungguhnya kemenangan akan di berikan kepada siapa saja yang telah berusaha sekuat kemampuannya.
Didalam bab kedua, yang menjelaskan tentang Spiritual Parenting seperti apa yang telah saya baca di dalam buku ini yang mempunyai tujuan untuk melahirkan anak cerdas tanpa batas. Dan ternyata isi yang terdapat didalam buku ini yaitu menjelaskan dengan mencontohkan batu dan air yang di padang dari segi sifat manusia ada yang seperti batu dan ada juga yang seperti air. Seseorang yang memiliki sifat seperti batu, bisa jadi sangat keras dalam kenyataan mendidik dan menyikapi berbagai perilaku anak kita. Kita berpikir dan melihat tingkah laku anak-anak kita dari kacamata diri kita sendiri. Akibatnya, kita mengalami kesulitan dan tidak bisa menerima perilaku anak yang seperti batu. Dan penggambaran untuk orangtua dengan ciri-ciri seperti air adalah mampu merespon tindakan anakan dan menghargainya. Menjadi orangtua seperti air memang tidak muda, karena kita harus tahu kapan menggunakan kekuatanorangtua untuk mendisiplinkan anak. Tetapi bukan berarti menjadi orangtua seperti air itu sulit untuk dicapai, selama ada kemauan yang kuat untuk mengubahnya pasti Allah akan membukakan jalan terbaik yang harus dilalui. Dan harapan dari semua orang pastinya pada akhirnya anak merasakan kegembiraan dalam suasana hangat saling menghargai. Didalam buku ini juga menjelaskan tetang pola asuh anak yang selama ini digunakan dalam masyarakat yakni Pola Asuh Koersif, Pola Asuh Permisif, dan Pola Asuh Dialogis. Dan dari beberapa penjelasan kita dapat mengetahui orangtua atau kita itu masuk ke dalam pola asuh yang mana di antara ketiga pola tersebut. Dari sini juga dapat memperoleh keperibadian orang tua yang seharusnya merukapan displin positif yeng berarti bisa bekerja dengan komunikasi yang baik, mendengarkan anak, mengamati anak,  dan menetapkan batasan yang jelas pada perilaku anak.
Kreatifitas orangtua di ukur dalam segi mendongeng ataupun bercerita agar orangtuapu kreatif, sedangkan pengalaman hidup anak bisa menjadi sumber ide. Dengan sedikit latihan, bisa diperoleh pengalaman untuk myampaikan cinta kepada orangtua, nial-nilai dan keyakinan yang disampaikan melalui dongeng. Dalam mengasuh anak didalam buku menjelaskan tentang deskripsi yang bisa jadi mereka memang terlihat kuat di mata masyarakat umum namun sebenarnya mereka memiliki emosi yang rapuh. Emosi yang rapuh ini menyebabkan mereka tetap tergantung pada orangtua mereka hingga dewasa, karena seringkali rasa aman dalam berelasi hanya didapat dari orang tua yang tidak pernah menila dan “meyalahkan”. Didalam bab ini juga di jelaskan bahwa sejatinya sebagai orangtua ketika melatih anak tidur sendiri sesungguhanya yang kita latih adalah diri sendiri. Sebab, tidak jarang justru kitalah yang menghendaki anak untuk terus tidur bersama kita sebagai orangtua. Sama halnya dengan anak, sebagai orangtua akan merasa nyaman jika bersanding dengan anak. Itulah sebabnya, orangtua juga perluberlatih untuk bisa tidur berpisah dengan mereka. Satu hal yang perlu kita perhatikan, bahwa ketika kita melatih anak tidur sendiri, jangan ciptakan bahwa hal itu kita lakukan karena kita tidak tergangggu oleh si anak, namun sebaiknya, kita ciptakan kesan bahwa kita sedang menghargai privacy anak. Kesan menyebabkan anak merasa “diabaikan”, dan ini akan semakin menyulitkan proses pelatiahan.
Membantu anak mengatasi emosi negatif merupakan salah atu tugas orangtua itupula yang memang benar adanya bahwa hidup menjadi berat untuk seorang anak usia antara 6 sampai 12 tahun. Dimana seorang anak harus menghadapi tekanan di rumah dan belajar untuk mengatasi dunia lebih luas yang melibatkan sekolah dan teman-temannya. Masalahnya bukan hanya dalam hal akademik. Terkadang anak-anak terlibat dalam banyak kegiatan yang bebeda atau mempunyai banyak sekali tugas di rumah. Kalau memang seperti itu, akan sangat baik jika kita bisa mengimbanginya dengan memberikan lebih banyak kasih sayang, persetujuan dan peguatan yang positif pada mereka. Dan ada baiknya juga,kita mendengarkan dan membantu mereka untuk mengatur stres dalam hidupnya. Mengontrol emosi negatif sebagai orangtua yang baik dan penuh dukungan, terutama pada saat-saat genting yang dialami anak, tentunya menjadi dambaan setiap orangtua. Untuk mencapai tujuan itu, pastinya tidak mudah, perlu banyak waktu untuk melatihdiri kita sebagai orangtua yang tidak akan mengecewakan anak dan memberikan sebuah contoh yang baik dengan melakukan pengendalian diri dan kemampuan dalam mengatasi masalah. Sebagai orangtua sebutan orang tua merupkan sebutan dimana nanti hidup bersama anak-anak. Dan sebenarya hidup bersama anak kita justru akan memperkenalkan diri kita yang sebenarnya, kita ini orangtua bagi anak-anak kita atau disebut orangtua karena sudah punya anak atau usianya yang sudah tua.
Pada bab yang ketiga, buku ini lebih menjelaskan bagaimana cara atau seni mendidik anak untuk menumbuhkan keyakinan, dengan tidak lepas kita sebagai orangtua untuk menanamkan keyakinan kepada mereka bahwa “man jadda wajada” siapa yang berusaha dengan keyakinan maka dialah yang berhak menuai hasilnya. Seperti kutipan dari perkataan Umar bin Khaththab r.a pernah berkata: “Janganlah mengecilkan semangatmu, sesungguhnya aku tak pernah diam dari hal-halyang dibenci, yaitu dari orang yang kecil semangatnya,” (Umar bin Khaththab r.a). Kebiasaan untuk membuat keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan mereka nantinya untuk menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam kehidupan mereka.
Terkadang alasan utama justru muncul, sebagai orangtua gagal mencintai mereka adalah karena kita cukup mencintai diri kita sendiri dan “parahnya” kita punya pandangan keliru bahwa anak-anak kita ada untuk memenuhi harapan kita orangtuannya. Mengenai besarnya tanggung jawab dalam mendidik anak, di dalam buku ini di jelaskan aeperti Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah telah menyatakan, “Barang siapa yang melalaikan pendidikan anaknya, yakni dengan tidak mengajarkannya hal-hal yang bermanfaat, membiarkan mereka terlantar, maka sungguh dia telah berbuat buruk yang teramat sangat. Dapat kita saksikan, bahwa mayoritas anak yang jatuh dalam ‘kerusakan’ tidak lain karena kesalahan orangtuanya dan tidak adanya perhatian terhadap anak-anaknya. Juga tidak mengajarkan kepada mereka kewajiban beragama dan sunnah-sunnah Rasul-Nya, mereka terlantakan anak-anaknya masih kecil, sehingga mereka tak memberikan manfaat kepada diri sendiri dan orangtuanya, manakala usia mereka telah beranjak tua.” Penjelasan tentang anak dilahirkan fitrah, murni. Ia tidak lahir dengan berprasangka bawa pengasuh maupun ibunya atau siapapun akan berkata bohong. Ia semula bahkan tidak mengerti apa makna bohong. Pengasuh maupun pendidik lain misalnya ibu atau ayah yang sudah diketahui oleh anak sering berbohong padanya tidak akan dipercaya lagi oleh anak. Kerugiannya jelas, anak menjadi sulit dikendalikan oleh pendidiknya yang suka berbohong ini.
Karena itu kita perlu bersikap konsisten. Tindakan dan ucapan kita harus selaras. Selain itu kita sebagai pasangan juga harus kosisten dan sepakat dengan berbagai aturan. Jangan sampai kita mengijinkan hal itu sering terjadi maka si anak juga akan mencari sendiri kebenaran makna dari ucapan atau tindakan itu. Semoga kita mengerti bahwa kita orangtua senantiasa mempengaruhi alam bawah sadar anak-anak kita, pastikan kita mempengaruhi mereka dengan hal-hal yang baik dan benar. Sebagai orangtua terkadang cara mendidik anak justru malah menggunakan kekerasan yang didasari dengan berbagai alasan. Mungkinkah mendidik tanpa kekerasan, didalam buku ini juga di jelaskan bahwa sebaik-baiknya kita dalam mendidik anak gunakanlah kelembutan. Seseorang bisa menjadi baik atau buruk pastinya karena suatu sebab. Perilaku, ucapan, sikap dan pikiran yang baik atau buruk hanyalah suatu rentetan “akibat” dari suatu “sebab” yang ditanamkan terlebih dahulu. Ingatlah perasaan sewaktu kita masih menjadi anak-anak. Amati mereka dan tanggapilah dengan penuh perhatian apa yang mereka iginkan. Pengharapan, perlakuan dan pengakuan seperti apa yang kita inginkan dari orangtua yang tidak pernah terpenuhi. Perlakukan anak seperti kita ingin diperlakukan, jangan perlakukan anak-anak seperti yang dilakukan orangtua pada kita.
Ledakan emosi biasanya kerap terjadi. Hal terpenting yang harus diingat tatkala berhadapan dengan seorang anak yang sedang marah, tidak peduli apa sebabnya, adalah tetap bersikap tenang. Jangan memperparah keadaan dengan frustasi kita.dan tentunya tetap menghadirkan bahasa cinta seperti; kata-kata penuh kasih sayang, kata-kata pujian, kata-kata yang membersihkan hati, dan kita harus bisa memberikan bimbingan kepada anak dengan menjelaskan tentang nilai-nilai moral, etika, dan nilai-nilai kebenaran dalam hidup. Dan para pendidik haruslah meningkatkan kesadaran dirinya dan lebih sehat secar emosional sehingga mampu berespon lebih terkontrol, jika diperlukan lebih bijaksana kalau para pendidik mengikuti pelatihan atau seminar parenting guna meningkan mutu pendidikan yang membangkitkan jiwa. Orang tua harus selalu membimbing anak dan menggandengnya mengejar mimpi karena anak kita yang sekarang bukan anak kita yang akan datang tetapi anak kita yang akan datang ditentukan oleh sikap kita yang sekarang.
Janganlah lupa kepada keluarga dan bangunlah cinta dalam keluarga, karena dengan membangun cinta kita dapat mengerti dan memahami apa yang sebenarnya ada di dalam keluarga, arti keluarga, dan manfaat keluarga. Satu hal yang perlu disadari tentang kedekatan kita sebagai orangtua dengan anak. Banyak mengartikan kedekatan orangtua dengan anak hanyalah kedekatan secara fisik. Ada lima bahasa cinta yang bisa kita berikan pada anak tergantung mana yang dominan. Kelimanya adalah layanan, kata-kata pendukung, hadiah, sentuhan fisik, dan waktu berkalitas. Jika semua emosional seorang anak penuh maka ia mudah diajak kerjasama dan mudah menurut serta memiliki motivasi tinggi. Didalam keluarga juga ada tugas buat orangtua untuk menjelaskan waktu demi waktu tentang keluarga yang tidak selalu bersama, inilah yang akan membuatnya berani untuk menentukan jati dirinya kelak ketika ia remaja. Ia akan berani menentukan identitas karena secara emosional ia mendapatkan apa yang dibutuhkan. Mengawali pendidikan anak kita dengan permohonan kepada Allah agar Dia memberikan pendidikan-Nya langsung kepada anak-anak kita melalui sekolah kehidupan adalah sebuah langkah yang menurut kita baik dimana kita balajar dari kehidupan.
3.  Kelebihan dan Kelemahan Buku
a.  Kelebihan Buku
1)      Buku ini merupakan buku yang menarik untuk dibaca bagi pendidik, orangtua maupun guru.
2)      Buku ini bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar.
3)      Memberikan pandangan secara berurutan dan terklasifikasi secara baik.
4)      Penejelasan isi buku yang bagus karena dengan menambahkan berbagai surat didalam Alquran dan menambahkan Hadis sebagai penguatan penulis dalam menjelaskan isi buku.
b.      Kelemahan Buku

Menurut saya didalam buku ini hanya sedikit kelemahannya yaitu; didalam penulisan kata-kata pada isi buku masih banyak yang salah,  begitupula pada penulisan tanda baca  yang ditemukan kesalahan dalam penulisnnya dan masih sedikit nggantung pada setiap bab yang selesai dijelaskan di dalam buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar