Kamis, 08 Januari 2015

Review Film "Dangerous Minds"

Review Film
“DANGEROUS MINDS”


Judul               : Dangerous Minds
Rilis                 : Tahun 1995
Produksi          : Hollywood Picture
Sutradara         : John N. Smith
Pemain                        : Mcihelle Pfeifer, George Dzundza, Coutnry B. Vance, Robin    Bartlett, Beatrice Winde dan lain-lain

            Film ini merupakan film yang sudah cukup lama diproduksi dan rilis pada tahun 1995. Cerita yang ada di dalam film ini berawal dari Mrs. Johnson Louanne yang mendatangi Parkmont High School dan bertemu kepala sekolah, karena memang sekolah ini sedang kekurang guru untuk mengajar di sekolah terebut, kemudian Mrs. Johson Lauanne diterima untuk bekerja di Parkmount High School sebagai guru yang mengajar bahasa Inggris. Sebelum mengajar di Parkmount High School, Mrs. Johnson Launne berprofesi sebagai marinir, Mrs. Johns Launne senang karena langsung diterima di sekolah tersebut, lalu ia bertemu dengan temannya Mr. Griffith dan bercerita bahwa ia diterima sebagi guru tetap di Parkmount High School dengan mengajar di kelas akademik atau kelas khusus. Mr. Griffith terkejut mendengar berita itu, dan memberitahukan jika kelas yang akan Mrs. Johnson ajar adalah kelas yang isinya adalah anak-anak nakal. Namun, Mrs. Johnson tidak menghiraukan itu dan tetap pada pendiriannya untuk mengajar kelas akademik. Hari pertama mengajar, Mrs. John Launne bersemangat karena di janjikan akan mendapat siswa khusus yang cerdas. Namun kenyataannya berbeda ketika ia masuk di kelas tersebut. Ternyata yang dihadapinya adalah anak- anak yang sulit untuk dikendalikan. Anak-anak yang berasal dari ras yang beragam tersebut, masih tetap bernyayi, bercakap-cakap dan sibuk dengan urusan masing-masing. Ketika berusaha meminta perhatian, tetap saja dia diabaikan. Bahkan Mrs Johnson Lauanne harus menerima pelecehan dari Emilio Ramirez, siswa yang paling berpengaruh di kelas tersebut, ketika berusaha bertanya tentang kenapa guru sebelumnya berhenti mengajar. Dan hari pertama berakhir dengan kemarahan dan rasa malu yang harus dibawa ketika Mrs Johnson Luanne memutuskan untuk meninggalkan kelas.
Awalnya mengajar Mrs. Johnson Louanne berniat untuk mengundurkan diri. Dia sangat marah dan tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan yang telah melecehkan dirinya dari siswanya. Griffith sahabatnya dan juga seorang guru di sana menasehatinya dan memberi semangat untuk tidak menyerah dalam mengajar dan menghadapi siswa di kelas tersebut. Hal ini membuat Mrs. Johnson  Lauanne untuk tetap mengajar dan bertekat untuk menakhlukan para siswanya. Sehingga dia mencari cara agar siswanya dapat tertarik dan menerimanya sebagai guru. Lalu sesampai di rumah, Mrs John’s berfikir bagaimana cara mengatasi permasalahan yang kini dihadapinya. Semalaman Ia membaca buku tentang mengajar dan mendapat masukan dari temannya untuk menarik perhatian siswa- siswanya. Akhirnya Mrs John’s menemukan jalan keluar untuk mengatasi masalah ini. Ia memutuskan untuk mengajari karate pada awal pertemuannya, dan memperkenalkan diri sebagai mantan marinir. Ketika dua orang muridnya Raul dan Durrel merespon ajarannya dan melakukan dengan baik, Mrs John’s memberikan nilai A untuk semua siswanya, dengan syarat mereka harus mempertahankan sampai akhir tahun agar bisa lulus dari SMA. Namun, pertemuan kedua ini justru dianggap melanggar kebijakan sekolah yang melarang pembelajaran bela diri. Pembelajaran yang dia laksanakan di pertemuan kedua pun ternyata sedikit demi sedikit membangkitkan perhatian siswa-siswa nya untuk tidak membuat kegaduhan. Banyak sekali trik-trik serta metode mengajar yang digunakannya untuk menarik perhatian siswanya.
Perhatian yang telah diperoleh Mrs. Johnson Lauanne digunakan untuk mengajarkan jenis kata, konjungsi kata, makna kata dan makna kalimat. Topik yang dipilihnnya berdekatan dengan apa yang sehari-hari harus dihadapi oleh murid-murid dengan lingkungan yang kental dengan kekerasan seperti memilih, kematian, mengendalikan hidup, memilih dalam menghadapi hidup  atau kematian.  Dalam kelas ini Mrs. Johnson Lauanne menemukan tiga murid yang memiliki  kecerdasan yang lebih yaitu Callie, Raul dan Durrel. Keberhasilan pertama Mrs John’s diiringi peringatan keras dari kepala sekolah karena mengajarkan karate pada siswanya, walaupun dengan alasan untuk menarik perhatian sekalipun. Mrs Johnson Lauanne harus mengikuti kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut. Akhirnya Mrs. Johnson Lauanne mencari cara agar mereka mau belajar tentang puisi. Dia menjanjikan kepada siswa bagi mereka yang bisa membaca puisi maka akan diajak ke Taman Hiburan dengan biaya gratis yang dibayari oleh dewan pendidikan dan membagikan makanan ringan seperti coklat dan dibagikan kepada mereka yang mau menjawab dan berpendapat tentang puisi tersebut. Semua siswa pun berantusias dengan apa yang di janjikan oleh Mrs. Johnson Lauanne mereka semua menjadi mau untuk mengikuti pelajaran yang diberikannya. Tetapi ada satu siswa yang tidak berantusias yaitu Emilio dia menganggap bahwa yang di katakana Mrs. Johnson Lauanne itu adalah omong kosong belaka dan dia pun mempengharui teman-temannya sehingga teman-temannya pun percaya dan patuh terhadapnya. Alasan dari mereka percaya karena tidak mungkin dewan pendidikan yang akan membayar biaya mereka untuk ke Taman Hiburan. Ini dikarenakan mereka merasa bahwa dewan pendidikan tidak adil bersikap dan tidak peduli kepada mereka. Mrs. Johnson Lauanne pun menjadi bingung, mengapa siswanya menjadi tidak lagi memperdulikannya. Akhirnya ada salah satu siswi yaitu Callie yang mengatakan kepadanya, bila semua siswa di kelas mau tunduk kepadanya maka dia harus menakhlukan Emilio. Mrs. Johnson Lauanne pun bertekat akan menaklukan Emilio.
Setelah memenuhi janjinya mengajak ana-anak tersebut ke Taman Hiburan, dan kembali mendapat teguran oleh pihak sekolah. Mrs. Johnson Lauanne mengadakan Dylan-Daylan Contest, dengan hadiah makan malam dengannya di sebuah restoran mahal. Kontes tersebut merupakan kontes mencari persamaan satu puisi karya Bob Dylan tentang kematian dengan satu puisi Dylan Thomas. Kontes tersebut dimenangkan oleh Raul, Durrel dan Callie, namun semuannya mendapat hadiah untuk usaha yang telah dilakukan. Sayangnya hanya Raul yang bisa pergi makan malam, karena kedua murid lain harus bekerja pada malam hari. Kemudian datanglah pagi waktunya untuk memulai pembelajaran, saat memberikan materi baru, sonak dengan suara murid yang lantang untuk menanyakan hadiah apa jika mampu menyelesaikan puisi ini. Ternyata dari kejadian-kejadian sebelumnya telah membuat muridnya menjadi ketagihan dengan hadiah yang diberikan Mrs. Johnson Lauanne setiap mempelajari puisi yang baru. Namun, Mrs. Johnson Lauanne meyakinkan kepada muridnya bahwa belajar itu sendiri merupakan hadiah bagi mereka. Pikiran yang kuat harus dilatih terus karena setiap kenyataan baru memberi pilihan yang lain, dan setiap pemikiran baru membentuk otot pikir yang baru, dan kita butuh otot-otot tersebut sebagai senjata dalam hidup kita.
Masalah demi masalah muncul seperti dua saudara kembar Durrel dan Lionel karen Mrs. Johnson Lauanne dianggap oleh ibu mereka telah meracuni otak mereka dengan puisi-puisi yang tidak berguna, keputusan Callie untuk pindah sekolah ke Clearvie karena hamil dan yang paling berat adalah terbunuhnya Emilio karena tidak mendapat perlindungan dari sekolah. Oleh karena itu kejadian-kejadian tersebut membuat hati Mrs. Johnson Lauanne terpukul sehingga memutuskan untuk mengundurkan diri dari Parkmount High School pada akhir semeseter pertama. Akan tetapi murid-muridnya tidak setuju dengan keputusan yang dibuat oleh Drs. Johson Lauanne, kemudian murid-murid semuannya meyakinkan Mrs. Johnson Lauanne untuk tidak menyerah dalam menghadapi kehidupan seperti yang diajarkan dalam puisi-puisi yang telah di ajarkan dalam proses pembelajaran. Mrs. Johnson Lauanne pun saampai terketuk hatinya, dan selanjutnya Mrs. Johnson Lauanne berniat untuk mengurungkan dirinya untuk berhenti mengajar dan kemudian kembali melanjutkan pengajarannya di Parkmount High School.
Dari film ini, kemudian dapat diambil manfaatnya yaitu setelah melihat/menonton film ini dapat diketahui bahwa film ini mengajarkan bagaimana hakikatnya seorang pendidik harus memahami anak-anak dan bisa dikatakan  seorang pendidik, guru, ataupun orangtua yang bisa dikatakan sebagai pembimbing atau pengasuh bukan bersifat instruktur melihat pahitnya lingkungan diluar teempat murid/anak bersosialisasi. Bisa dikatakan bahwasannya sebagai pendidik harus bersikap adil, mudah diajak komunikasi, selau ada saat siswa-siswi membutuhkan dan selalu mendukung. Guru dituntut untuk kreatif dalam mengajar dan menggunakan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Sebagai guru juga harus mempunyai semangat tinggi dan jangan mudah untuk menyerah dalam menangani siswa.
Dijelaskan juga proses pembelajaran kognitif yang di berikan oleh Mrs. Johnson Lauanne adalah proses pembelajaran yang akan berjalan dengan baik bila materi pemlajaran baru diajarkan dapat beradaptasi secara tepat dan serasi dengan daya kognitif yang telah dikuasai oleh murid, proses tersebut yaitu yang diterapkan oleh Mrs. Johnson Lauanne dalam pembelajaran yang membahas tentang teori tentang memberikan materi sesuai dengan keadaan dan kondisi siswa yang hidup dalam kekerasan, kemiskinan, kehidupan, juga kematian. Sehingga siswa mampu mengerti, mencerna dan memahami dengan baik pelajaran yang diberikan. Sebagai seorang pendidik, guru ataupun orangtu, kita harus mampu memahami karakteristik peserta didik atau memahami karakteristik anak kita sebelum kita (pendidik, guru, ataupun orangtua) melakukan pembelajaran baik yang bersifat intrinsik atau ekstrinsik. Dengan mengenali karakteristik peserta didik atau anak-anak, kita bisa menentukan metode atau cara yang tepat untuk membelajarkan kepada siswa. Kecocokan penggunaan metode sangatlah penting agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dikuasai oleh peserta didik. Jika metode yang guru pakai tidak cocok dengan karakteristik siswa, maka yang terjadi adalah pembelajaran sulit dilaksanakan, ada tantangan dari peserta didik dan pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Karakteristik setiap siswa dalam satu kelas itu tidak sama. Oleh sebab itu, sebagai seorang guru juga harus bisa melakukan berbagai pendekatan kepada siswa. Adapun pendekatan tersebut bisa kita lakukan secara kelompok maupun secara personal atau individual. Contoh pendekatan kelompok yang dapat kita ambil dari film tersebut yaitu ketika diadakan Dylan-Dylan Contest. Sedangkan pendekatan personal dapat kita ketahui ketika Mrs Johnson Lauanne mengadakan kunjungan pada siswanya yang bermasalah. Selain itu, sebagai seorang guru kita juga harus bisa menumbuhkan semangat bagi siswa serta menarik siswa untuk senantiasa aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Masalah keluarga, seperti keluarga yang termasuk ”broken home”, dan berasal dari keluarga miskin, dapat mempengaruhi perkembangan psikologi individu tersebut, misalnya individu tersebut menjadi tertutup, tertekan, dll. Untuk itu sebagai seorang guru juga harus memperhitungkan dan memberikan perhatian lebih kepada perkembangan psikologis peserta didiknya.
Semoga dengan ini kita dapat memetik hikmahnya dan memahami banyak pesan yang ada pada film ini dan berharga untuk kebersamaan membangun karakteristik anak yang baik dan benar. Film ini juga mencontohkan bagaimana cara untuk mencari solusi saat terjadi masalah, membuat jalan keluar masalah, mikirkan cara yang benar dalam setiap memecahkan atau menyelesaikan masalah dan belajar mengerti konsekuensi hidup dan berani bertanggung jawab dengan apa yang menjadi konsekuensinya. Dengan referensi film “Dangerous Minds” yang perlu ditonton oleh seorang pendidik, baik itu guru maupun orangtua agar mengerti dan tidak salah dalam menangani siswa atau anak supaya dalam mendidiknya akan lebih baik.


2 komentar: