Pentingnya Memberikan Pendidikan Awal Kepada Anak
Perkembangan
Pendidikan Awal Kanak-Kanak
Pendidikan
awal kanak-kanak memeiliki sejarah yang panjang. Pengetahuan berkenaan
pendidikan awal kanak-kanak penting karena ia dapat membantu pendidik supaya
dapat mengaplikasikan amalan yang baik dari pada sejarah lampau dan menggunakan
falsafah pemikir-pemikir terkenal sebagai asas membina kerjanya pengajaran yang
bermakna. Idea-idea yang dilahirkan oleh pendidik terdahulu membantu dalam
pemahaman dalam melaksanakan strategi pengajaran pada masa kini.
Melalui sejarah, pendidik dapat mempelajari teori-teori berkenaan
tumbuhan dan perkembangan kanak-kanak yang membentuk amalan pendidikan.
Menerka, menganalisis dan menemui sumber pendidikan awal kanak-kanak dapat
memberi ilham padaa profesional sekarang.
Selain itu,
mengkaji idea pemikir-pemikir terkenal membantu pendidik meneliti amalan model
kini. Oleh karena itu, dalam sejarah dan perkembangan pendidikan kanak-kanak
pengaruh pada tokoh-tokoh awal, pada masa dahulu dan masa kini mempunyai
implikasi pada ketutusan pendidik dalam memilih kurikulum dan strategi
pengajaran. (Brewer, 1992) Pengaruh Islam dalam pendidikan awal kanak-kanak
juga perlu diberi penekan dan keutamaan dalam kurikulum dan strategi pengajaran.(Islamic
Foundation for Edication and Welfare, 1997; dan Ibn Khaldun Center For
Development Studies).
Teori-Teori Perkembangan dan Pembelajaran
Teori ialah pandangan atau pendapat yang dikemukakan untuk
menerangkan sesuatu perkara. Terdapat berbagai teori atau pendapat yang
dikemukakan berkaitan dengan perkembangan dan pembelajaran kanak-kanak. Menurut
Seefeldt dan Barbour, (1998:30) terdapat dua pendapat yang bertentangan
berkenaan perkembangan manusia yaitu nature versus nurture. Dua pendapat
ini adalah Teori Maturationis (semula jadi) dan Teori Behavioris (tingkah
laku). Dua pendapat lain adalah Interaksionis (konstruktivis) dan Teori Konteks
Budaya.
1.
Teori
Maturationis
Jean
Jacques Rousseau (1712-1778) melihat kanak-kanak seperti bunga yang berkembang
ataupun tumbuhan-tumbuhan mata secara semula jadi mengikuti baka. Pembesarannya
mengikuti peringkat yang dapat dijangkakan, yaitu dari pada biji benih yang
kemudian membesar mengikuti ketinggian, berat dan bentuk tertentu.
Walaupun pembesarannya dipengaruhi
oleh kadar cahaya dan air yang diterima dengan cukupperingkat pembesarannya
masing mengikuti urutan. Mengikut pada ahli maturationis, kanak-kanak seperti
tumbuhan-tumbuhan yang berkembang mengikuti jadwal semula jadi yang telah
ditentukan, berubah mengikuti jenis dan kuantiti khasiat yang diterima dari
pada persekitaran. Teori ini berasaskan pada pemahaman berkaitan dengan
kesediaan dan kematangan kanak-kanak.
2.
Teori
Behavioris
Menurut
pendapat ahli falsafah John Locke (1632-1704), manusia adalah pasif dan mudah
menerima. Pembelajaran adalah akibat mudah menerima rangsangan dari pada orang
lain dan persekitaran. Kanak-kanak diibaratkan kain putih. Kain putih perlu
ditulis oleh orang yang mendidik kanak-kanak melalui siri ganjaran dan hukuman.
Pemebelajaran
berlaku apabila seseorang menerima ganjaran ataupun pengukuhan akibat tingkah
laku ataupun tindak balas yang betul dari pada sesuatu rangsangan. Pembelajaran
kanak-kanak berlaku akibat syarat-syarat yang ditentukan oleh orang dewasa da
persekitaran.
3.
Teori
Interaktionis
Pendapat
ketiga yang berkaitan dengan perkembangan manusia adalah ahli-ahli
interaktionis. Teori ini menegaskan kedua faktor persekitaran dan semula jadi
saling bantu membantu dalam mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu gabungan
faktor yang ditekankan dalam teori behavioris dan teori maturationis.
Pembelajaran berlaku akibat interaksi antara faktor semula jadi dalam diri kanak-kanak.
Dengan rangsangan maupun pengaruh persekitaran. Dalam proses perkembangan dan
kematangan, kanak-kanak membina pengetahuan dari diri sendiri dengan bertindak
melalui rangsangan dari pada persekitaran.
Jean Peaget (1896-1980) melihat
kanak-kanak sebagai individu yang aktif. Beliau menegaskan pengetahuan dapat
dicipta apabila kanak-kanak berinteraksi dengan persekitarasn fisikal dan
sosial. Interaksi ini desebut dengan penyerapan, penyesuaian dan keseimbangan.
4.
Teori
Konteks Budaya
Pendapat keempat pula berkenaan
dengan perkembangan manusia yang menumpukan pada konteks dan budaya. Ahli
psikologi berpendapat pembelajaran tidak terpisah dari pada konteks budaya.
Pembelajaran dipengaruhi dari pada proses budaya dan keadaan masyarakat dimana
anak-anak dilahirkan dan dibesarkan. Ahli falsafah Vygotsky (1896-1934)
mengatakan perkembangan kanak-kanak tidak berlaku karena satu faktor sahaj
seperti faktor semula jadi ataupun pengaruh persekitaran. Tetapi perkembangan
kanak-kanak bergantung pada inteaksi faktor-faktor tersebut. Beliau menegaskan
kesan proses budaya sosialmerangsang perkembangan individu. Kanak-kanak
berkembang berdasarkan dua tahap yaitu tahap semula jadi dan budaya.
Kesimpulannya ahli psikologi berpendapat perkembangan adalah kesan dari
gabungan pengaruh baka, persekitaran dan budaya.
Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Pra Sekolah
Mengasuh anak usia prasekolah benar-benar tangguang jawab yang
berat. Usia tersebut merupakan masa kritis perkembangan kemampuan kognitif,
kemandirian, koordinasi motorik dan barangkali yang terpenting adalah sikap
positif terhadap hidup. Orangtua harus menjadi pembimbing dan guru yang penuh
kasih bagi anak-anak mereka. Menciptakan suasana masa prasekolah yang
menyenangkan bagi anak tampaknya dapat mendorong menjadi orang yang suka
belajar sepanjang hidupnya.
Didalam buku ini
dijelaskan bahwasannya buku ini ditulis untuk para orangtua, pengasuh anak,
guru praseolah serta kakek dan nenek. Di dalamnya Dr. Sylva Rimm seorang ahli
di bidang psikologi pendidikan dan pengasuhan anak, mencoba menjelaskan
teknik-teknik pola pengasuhan anak prasekolah, diantaranya:
1.
Memperkaya
lingkungan sekitar anak (dari mulai membaca, bermain dengan yang mendidik,
sampai menggunakan komputer).
2.
Meningkatkan
kemampuan sosial dan kecerdasan anak.
3.
Memilih
penitiapan anak yang baikdan berkomunikasi dengan pengasuh dan pembimbing anak.
4.
Menyikapi
pertengkaran antarsaudara, mengatasi rasa marah, rasa takut, dan masalah
menjelang tidur serta menghadapi sikap agresif anak.
5.
Menyiapkan
anak masuk taman kanak-kanak.
Berikut ini yang merupakan
beberapa tips untuk orangtua dalam mempersiapkan anak masuk taman kanak-kanak:
1.
Berpartisipasilah
dalam aktivitas orientasi yang diadakan sekolah untuk anak-anak.
2.
Kunjungi
sekolah; temui murid-murid dan orangtua mereka.
3.
Anak
lebih mudah menyesuaikan diri jika setidaknya ia mengenal satu anak di dalam
kelas. Tanyakanlah kepada guru siapa saja yang akan berada dalam kelas yang
sama. Usahakan agar anak bermain dengan salah satu anak yang akan sekelas
dengannya.
4.
Jika
anak mengikuti prasekolah sebelumnya, mintalah agar guru prasekolahnya bebicara
kepada guru TK sebelum sekolah dimulai.
5.
Ceritakanlah
kepada anak anda mengenai apa yang mesti dilakukan disekolah. Beritahukan bahwa
ia mesti duduka dengan manis, mendengarkan guru, mengangkat tangan jika ia
bertanya dan guru akan memberikan perhatian kepada anak secara secara
bergiliran.
6.
Ajarkan
keterampilan sosial kepada anak mengenai bagaimana cara memperkenalkan diri;
misalnya, “Hai, namaku Emily. Siapa namamu?” dan doronglah agarmereka
berpartisipasi di dalam kelas.
7.
Kelas
di sekolah taman kanak-kanak di desain agar orangtua dapat berpartisipasi.
Tanyakanlah pada guru apakah diperbolehkan menjadi sukarelawan di dalam kelas.
8.
Jaringlah
hubungan dekat melalui telpon atau catatan.
Persiapan yang paling penting adalah sikap anak. Jika anda
mengkomunikasikan kepada anak bahwa ia akan menyukai sekolahnya dan bahwa
mereka juga akan senang belajar, maka mereka akan memulai kegiatan belajar dan
emosional dengan baik.
Pentingnya Kreativitas bagi Perkembangan Anak
Para psikologi dan pakar lainnya telah menyadari betapa penting
kreativitas bagi individu maupun masyarakat. Namun, haruslah diakui, biar
bagaimanapun kreativitasmasih merupakan satu bidang yang masih kurang di
perhatikan dalam penelitian ilmiah. Penyebabnya antara lain:
1.
Adanya
pandangan tradisional bahwa kreativitas yang secara umum disebut “genius”
merupakan hal yang hereditair.
2.
Hanya
sedikit orang yang percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berkreasi. Hal
ini terlihat dari sedikitnya jumlah produk kreatif dalam seni, buku, musik,
ataupun ilmu pengetahuan.
3.
Adanya
pertentangan pandangan antara orang dengan intelegensi tinggi dan dengen
prestasi lebih akan berhasil dari pada orang yang kreatif. Orang-orang kreatif
ini sering kali hidup dan mati di dalam kemiskinan. Akibatnya, tidak ada reward
terhadap masalah kreativitas dan anak-anakpun sedikit yang di dorong untuk
bersikap kreatif.
4.
Pandangan
tradisional juga menilai bahwa orang-orang kreatif ini kebanyakan sex
inapproriate, yaitu pada laki-laki yang kreatif sissies (keperempuanan)
dan pada perempuan yang kreatif akan bersifat lebih maskulin daripada bersikap
feminim. Akibatnya, orangtua enggan mendorong anaknya untuk bersikap kreatif.
Contohnya kebanyakan ayah banyak menentang anak laki-lakinya berminat dalam
musik, seni ataupun penulisan, tetapi ia
akan lebih memuji prestasi anak laki-laki dalam bidang olahraga.
5.
Kreativitas
memang suatu hal yang sukar untuk diteliti bahkan untuk diukur sekalipun,
sehingga jika pengukuran dalam bidang intelegensi, keperibadian dan kemampuan
mekanik bisa berkembang dengan baik, tidak demikian halnya dengan kreativitas.
Jangankaget jika para pakar menghindari riset dalam bidang ini.
Minat ilmuan dalam bidang kreativitas bisa ditelusuri mula-mula
pada studi yang dilakukan oleh Galton (1950) terhadap para orang yang disebut
genius. Selanjutnya minat ini berkembang pesat dengan timbulnya kebutuhan para
ilmuwan dan teknolog untuk menyesuaikan dengan tuntunan zaman.
Demikianlah setelah riset ilmiah dalam kreativitas ini menunjukkan
peningkatan, maka muncul kebutuhan penggunaan praktis kreativitas dalam
kehidupan sehari-hari hal ini menyebabkan bahwa kepercayaan yang sudah ada
tentang kreativitas, baik sebagian atau keseluruhan, menjadi buyar. Temuan yang
penting adalah sama dengan bidang lain bahwa kreativitas dapat dipacu melalui
lingkungan sejak muda (normative years). Utuntu itulah mengapa kreativitas itu
amatlah penting untuk kehidupan kita di dalam menjalani kehidupan dan untuk
menhidupkan suasane dengan berfikir kreatif dan memberikan faktual kreativitas
itu sendiri yang bisa berguna bagi kehidupan di dalam lingkungan maupun di luar
lingkungan.
Dengan tulisan ini harapan saya bahwa semoga orangtua, pendidik,
ataupun pembimbing bisa mengerti pentingnya pendidikan anak dan kreatifitas
anak agar anak tidak menjadi pasif dalam kelompok bermain dan bisa aktif
berinteraksi dan mudah berhadaptasi terhadap teman yang baru dikenal.
Pendidikan prasekolah atau bisa disebut juga pendidikan dalm masa kanak-kanak
ini memang amat sangatlah penting di perhatikan karena dalam usia ini anak
masih mudah untuk dibentuk sikap dan perilaku, sopan santun terhadap semua orang
karena orangtua lah yang seharusnya memberikan perhatian yang lebih untuk
menjadikan anak menuju perkembangan kepribadian anak yang tentunnya semua
orangtua menginginkan anak yang baik, pitar, dan lain-lain yang didalamnya
pasti suatu tindak kegiatan positif anak. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat
bagi pembaca semuanya, terimakasih telah membacanya dan teta ingatlah
pentingnya pendidikan anak untuk anak dan pentingnya memberikan pendidikan anak
bagi pendidik, orangtua ataupun pembimbing.
Referensi :
Akbar, Reni, & Hawadi. (2001). Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Hashim, Hashimah, Nor, & Lah, Che, Yahya. (2003). Kuala Lumpur:
Penerbit PTS Profesional Publishing Sdn. Bhd.
Rimm, Sylvia. (2013). Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak
Prasekolah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pusaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar